Article Detail
STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK MELALUI BERMAIN KB-TK TARAKANITA 5 JAKARTA
Pentingnya bermain bagi anak
Bermain adalah hal yang paling menyenangkan bagi anak. Karena memang hanya itulah sebenarnya aktifitas anak sehari-hari, bermain dan terus bermain. Orang tua seringkali lupa bahwa usia anak adalah usia bermain. Sesuatu yang sangat berbeda bagi orang dewasa yang seringkali menganggap bermain sebagai hal yang menjengkelkan, membuat ulah dan mengganggu aktifitas orang dewasa. Padahal melalui bermain itulah anak akan memperoleh berbagai kemampuan, seperti kemampuan berkomunikasi, berbahasa, bersosialisasi, memanajemen emosi, dan berpikir logis-matematis. Sehingga bermain sebenarnya juga sebuah proses belajar bagi anak.
Bermain sekaligus belajar merupakan dua aktivitas yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan dan memiliki makna anak belajar melalui bermain. Aktivitas-aktivitas anak lebih ditekankan pada bermain. Porsi bermain tampak lebih menonjol daripada belajar. Slogan bermain sambil belajar sangat sesuai dengan karakteristik kurikulum untuk pendidikan anak usia dini. Ini karena kegiatan bermain mampu menyentuh seluruh aspek perkembangan anak. Saat bermain anak memiliki kebebasan berimajinasi, mengeksplorasi, dan berkreasi.
Pada saat bermain itulah, aspek-aspek perkembangan fisik motorik kasar dan halus, aspek emosional, aspek kognitif/intelektual, dan aspek ndust berkembang dalam situasi yang menyenangkan.
Anak secara instrinsik memang termotivasi untuk selalu bermain. Dalam bermain, mereka menikmati kegiatannya, merasa kompeten melakukan sesuatu. Mereka terus belajar mendapatkan pengalaman baru yang dipadukan dengan apa yang telah diketahuinya.
Namun, strategi bermain dalam pendidikan anak usia dini ini ternyata belum sepenuhnya dipahami orangtua, guru, dan pendamping. Bahkan, tidak jarang orangtua menolak kegiatan bermain dalam pendidikan prasekolah. Mereka lebih senang jika anak langsung dikenalkan dengan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung. Mereka, masih beranggapan bahwa anak tidak mungkin dapat belajar apabila anak menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Padahal, perlu diyakini bahwa bermain memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan kemampuan akademik anak. Strategi belajar melalui bermain ini, menitikberatkan pada cara-cara mengasah, menstimulasi kecerdasan pada anak sejak usia dini.
Diantara manfaat bermain bagi anak adalah:
1. Learning by planning. Bermain bagi anak dapat menyeimbangkan motorik kasar seperti berlari, melompat atau duduk, serta motorik halus seperti menulis, menyusun gambar atau balok, menggunting dan lain-lain. Keseimbangan motorik kasar dan halus akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Secara tidak langsung, permainan merupakan perencanaan psikologis bagi anak untuk mencapai kematangan dan keseimbangan di masa perkembangannya
2. Mengembangkan otak kanan. Dalam beberapa kondisi belajar formal, seringkali kinerja otak kanan tidak optimal. Melalui permainan, fungsi kerja otak kanan dapat dioptimalkan karena bermain dengan teman sebaya seringkali menimbulkan keceriaan bahkan pertengkaran. Hal ini sangat berguna untuk menguji kemampuan diri anak dalam menghadapi teman sebaya , serta mengembangkan perasaan realistis anak akan dirinya. Artinya, ia dapat merasakan hal-hal yang dirasa nyaman dan tidak nyaman pada dirinya dan terhadap lingkungannya, serta dapat mengembangkan penilaian secara objektif dan subjektif atas dirinya.
3. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak. Bermain dapat menjadi sarana anak untuk belajar menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Dalam permainan anak berhadapan dengan berbagai karakter yang berbeda, sifat dan cara berbicara yang berbeda pula, sehingga ia dapat mulai mengenal heterogenitas dan mulai memahaminya sebagai sesuatu penting dalam permainan. Anak juga dapat mempelajari arti penting nilai keberhasilan pribadi dalam kelompok; serta belajar menghadapi ketakutan, penolakan, juga nilai baik dan buruk yang akan memperkaya pengalaman emosinya. Dengan kata lain, bermain membuat dunianya lebih berwarna, perasaan kesal, marah, kecewa, sedih, senang, bahagia akan secara komplit ia rasakan dalam permainan. Hal ini akan menjadi pengalaman emosional sekaligus belajar mencari solusi untuk menanggulangi perasaan-perasaan tersebut di kemudian hari.
4. Belajar memahami nilai memberi dan menerima. Bermain bersama teman sebaya bisa membuat anak belajar menerima dan berbagi, serta belajar memahami nilai take and give dalam kehidupannya sejak dini. Melalui permainan, nilai-nilai sedekah dalam bentuk sederhana bisa diterapkan. Misalnya berbagi makanan atau minuman ketika bermain, saling meminjam mainan atau menolong teman yang kesulitan. Anak juga akan belajar menghargai pemberian orang lain sekali pun ia tidak menyukainya, menerima kebaikan dan perhatian teman-temannya. Proses belajar seperti ini tidak akan diperolah anak dengan bermain mekanis/pasif, karena lawan atau teman bermainnya adalah benda mati.
5. Sebagai ajang untuk berlatih merealisasikan rasa dan sikap percaya diri (self confidence), mempercayai orang lain (trust to people), kemampuan bernegosiasi (negotiation ability) dan memecahkan masalah (problem solving). Ragam permainan dapat mengasah kemampuan bersosialisasi, kemampuan bernegosiasi, serta memupuk kepercayaan diri anak untuk diakui di lingkungan sosialnya. Anak juga akan belajar menghargai dan mempercayai orang lain, sehingga timbul rasa aman dan nyaman ketika bermain. Rasa percaya diri dan kepercayaan terhadap orang lain dapat menimbulkan efek positif pada diri anak, ia akan lebih mudah belajar memecahkan masalah karena merasa mendapat dukungan sekalipun dalam kondisi tertentu ia berhadapan dengan masalah dalam lingkungan bermainnya. Reamonn O Donnchadha dalam buku The Confident Child menyatakan bahwa “Permainan akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah.” Kepercayaan merupakan modal dalam membina sebuah hubungan, termasuk hubungan pertemanan anak kecil. Kepercayaan juga dapat menjadi motivasi untuk memecahkan masalah karena tanpa itu masalah tidak akan pernah benar-benar selesai dan sebuah hubungan menjadi tidak langgeng.
6. Mengasah ketajaman pancaindera. Dengan bermain, anak dapat lebih peka pada hal-hal yang berlangsung di sekitarnya.
7. Bermain juga bisa sebagai sarana terapi karena melalui bermain, anak dapat mengubah emosinya menjadi positif dan menyenangkan.
Dengan mengetahui pentingnya peran bermain dalam mengembangkan potensi dan kecerdasan anak, hendaknya para orang tua mendampingi sang buah hati dalam bermain untuk memacu semangat dan menumbuhkan kreatifitas anak dan buka membebaninya dengan memberikan berbagai les dan sekolah yang seringkali malah membelenggu kreatifitas anak-anak jika mereka memang belum waktunya untuk bersekolah secara formal
Bermain adalah hal yang paling menyenangkan bagi anak. Karena memang hanya itulah sebenarnya aktifitas anak sehari-hari, bermain dan terus bermain. Orang tua seringkali lupa bahwa usia anak adalah usia bermain. Sesuatu yang sangat berbeda bagi orang dewasa yang seringkali menganggap bermain sebagai hal yang menjengkelkan, membuat ulah dan mengganggu aktifitas orang dewasa. Padahal melalui bermain itulah anak akan memperoleh berbagai kemampuan, seperti kemampuan berkomunikasi, berbahasa, bersosialisasi, memanajemen emosi, dan berpikir logis-matematis. Sehingga bermain sebenarnya juga sebuah proses belajar bagi anak.
Bermain sekaligus belajar merupakan dua aktivitas yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan dan memiliki makna anak belajar melalui bermain. Aktivitas-aktivitas anak lebih ditekankan pada bermain. Porsi bermain tampak lebih menonjol daripada belajar. Slogan bermain sambil belajar sangat sesuai dengan karakteristik kurikulum untuk pendidikan anak usia dini. Ini karena kegiatan bermain mampu menyentuh seluruh aspek perkembangan anak. Saat bermain anak memiliki kebebasan berimajinasi, mengeksplorasi, dan berkreasi.
Pada saat bermain itulah, aspek-aspek perkembangan fisik motorik kasar dan halus, aspek emosional, aspek kognitif/intelektual, dan aspek ndust berkembang dalam situasi yang menyenangkan.
Anak secara instrinsik memang termotivasi untuk selalu bermain. Dalam bermain, mereka menikmati kegiatannya, merasa kompeten melakukan sesuatu. Mereka terus belajar mendapatkan pengalaman baru yang dipadukan dengan apa yang telah diketahuinya.
Namun, strategi bermain dalam pendidikan anak usia dini ini ternyata belum sepenuhnya dipahami orangtua, guru, dan pendamping. Bahkan, tidak jarang orangtua menolak kegiatan bermain dalam pendidikan prasekolah. Mereka lebih senang jika anak langsung dikenalkan dengan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung. Mereka, masih beranggapan bahwa anak tidak mungkin dapat belajar apabila anak menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Padahal, perlu diyakini bahwa bermain memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan kemampuan akademik anak. Strategi belajar melalui bermain ini, menitikberatkan pada cara-cara mengasah, menstimulasi kecerdasan pada anak sejak usia dini.
Diantara manfaat bermain bagi anak adalah:
1. Learning by planning. Bermain bagi anak dapat menyeimbangkan motorik kasar seperti berlari, melompat atau duduk, serta motorik halus seperti menulis, menyusun gambar atau balok, menggunting dan lain-lain. Keseimbangan motorik kasar dan halus akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Secara tidak langsung, permainan merupakan perencanaan psikologis bagi anak untuk mencapai kematangan dan keseimbangan di masa perkembangannya
2. Mengembangkan otak kanan. Dalam beberapa kondisi belajar formal, seringkali kinerja otak kanan tidak optimal. Melalui permainan, fungsi kerja otak kanan dapat dioptimalkan karena bermain dengan teman sebaya seringkali menimbulkan keceriaan bahkan pertengkaran. Hal ini sangat berguna untuk menguji kemampuan diri anak dalam menghadapi teman sebaya , serta mengembangkan perasaan realistis anak akan dirinya. Artinya, ia dapat merasakan hal-hal yang dirasa nyaman dan tidak nyaman pada dirinya dan terhadap lingkungannya, serta dapat mengembangkan penilaian secara objektif dan subjektif atas dirinya.
3. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak. Bermain dapat menjadi sarana anak untuk belajar menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Dalam permainan anak berhadapan dengan berbagai karakter yang berbeda, sifat dan cara berbicara yang berbeda pula, sehingga ia dapat mulai mengenal heterogenitas dan mulai memahaminya sebagai sesuatu penting dalam permainan. Anak juga dapat mempelajari arti penting nilai keberhasilan pribadi dalam kelompok; serta belajar menghadapi ketakutan, penolakan, juga nilai baik dan buruk yang akan memperkaya pengalaman emosinya. Dengan kata lain, bermain membuat dunianya lebih berwarna, perasaan kesal, marah, kecewa, sedih, senang, bahagia akan secara komplit ia rasakan dalam permainan. Hal ini akan menjadi pengalaman emosional sekaligus belajar mencari solusi untuk menanggulangi perasaan-perasaan tersebut di kemudian hari.
4. Belajar memahami nilai memberi dan menerima. Bermain bersama teman sebaya bisa membuat anak belajar menerima dan berbagi, serta belajar memahami nilai take and give dalam kehidupannya sejak dini. Melalui permainan, nilai-nilai sedekah dalam bentuk sederhana bisa diterapkan. Misalnya berbagi makanan atau minuman ketika bermain, saling meminjam mainan atau menolong teman yang kesulitan. Anak juga akan belajar menghargai pemberian orang lain sekali pun ia tidak menyukainya, menerima kebaikan dan perhatian teman-temannya. Proses belajar seperti ini tidak akan diperolah anak dengan bermain mekanis/pasif, karena lawan atau teman bermainnya adalah benda mati.
5. Sebagai ajang untuk berlatih merealisasikan rasa dan sikap percaya diri (self confidence), mempercayai orang lain (trust to people), kemampuan bernegosiasi (negotiation ability) dan memecahkan masalah (problem solving). Ragam permainan dapat mengasah kemampuan bersosialisasi, kemampuan bernegosiasi, serta memupuk kepercayaan diri anak untuk diakui di lingkungan sosialnya. Anak juga akan belajar menghargai dan mempercayai orang lain, sehingga timbul rasa aman dan nyaman ketika bermain. Rasa percaya diri dan kepercayaan terhadap orang lain dapat menimbulkan efek positif pada diri anak, ia akan lebih mudah belajar memecahkan masalah karena merasa mendapat dukungan sekalipun dalam kondisi tertentu ia berhadapan dengan masalah dalam lingkungan bermainnya. Reamonn O Donnchadha dalam buku The Confident Child menyatakan bahwa “Permainan akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah.” Kepercayaan merupakan modal dalam membina sebuah hubungan, termasuk hubungan pertemanan anak kecil. Kepercayaan juga dapat menjadi motivasi untuk memecahkan masalah karena tanpa itu masalah tidak akan pernah benar-benar selesai dan sebuah hubungan menjadi tidak langgeng.
6. Mengasah ketajaman pancaindera. Dengan bermain, anak dapat lebih peka pada hal-hal yang berlangsung di sekitarnya.
7. Bermain juga bisa sebagai sarana terapi karena melalui bermain, anak dapat mengubah emosinya menjadi positif dan menyenangkan.
Dengan mengetahui pentingnya peran bermain dalam mengembangkan potensi dan kecerdasan anak, hendaknya para orang tua mendampingi sang buah hati dalam bermain untuk memacu semangat dan menumbuhkan kreatifitas anak dan buka membebaninya dengan memberikan berbagai les dan sekolah yang seringkali malah membelenggu kreatifitas anak-anak jika mereka memang belum waktunya untuk bersekolah secara formal
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment